Fungsi Topeng dalam budaya masyarakat Jawa
Topeng telah menjadi salah satu bentuk ekspresi paling tua yang pernah
diciptakan peradaban manusia. Pada sebagian besar masyarakat dunia, topeng
memegang peranan penting dalam berbagai sisi kehidupan yang menyimpan
nilai-nilai magis dan suci. Ini karena peranan topeng yang besar sebagai
simbol-simbol khusus dalam berbagai uparaca dan kegiatan adat yang luhur.
Di Indonesia, penggunaan topeng dalam kehidupan masyarakat diperkirakan
sudah mulai ada sejak masa pra-sejarah.
Sedangkan di Jawa, ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa topeng
ini mengambil dari cerita-cerita mitos atau cerita-cerita panji. Hal ini ada
kemungkinannya karena topeng-topeng jawa yang tertua itu lebih tua dari pada
pengaruh hindu maupun islam. Tertua disini dimaksudkan bahwa topeng itu lahir
sesudah prehistoris kemudian setelah terdapat pengaruh hindu dan islam baru
memakai klasik. Topeng jawa tertua (sejak yang pertama kali) masih bersifat
sederhana, yaitu belum sempurna
topeng-topeng sesudahnya, seperti topeng klasik yang sampai sekarang
masih banyak di dalam kehidupan kesenian Jawa dan Bali.
Mula-mula topeng hanya terdapat pada permainan anak-anak terdapat dari
beberapa warna yang dicoretkan langsung pada wajah. Kemudian perkembangannya,
warna itu dipindahkan pada benda lain, misalnya pada tempurung kelapa, kayu dan
sebagainya.
Kemudian seni patung masuk ke dalam kekuasaan raja-raja atau keraton
dan mendapatkan kesempurnaan dan seterusnya sampai datangnya kebudayaan hindu
dan islam di Indonesia, mengakibatkan perkembangan penyempurnaan lagi pada seni topeng hingga mencapai jaman
keemasan dan akhirnya mencapai klasik.
Menurut penyelidikan Pigenud topeng yang pertama masih berupa permainan
anak-anak yang disebut “ Nidok” dan nyuk-nyuk” yang terdapat di daerah jawa
permainan nidok adalah topeng dengan beberapa warna yang dicoretkan langsung
pada wajah. Sedang nyuk-nyuk adalah topeng yang menggunakan tempurung kelapa
yang diolesi beberapa warna. Bentuk coretannya masih sederhana. Bentuk itulah
yang dipergunakan sebagai tutup wajah pada permainan tersebut.
Bentuk-bentuk topeng nidok dan nyuk-nyuk inilah yang diperkirakan masih
asli, yaitu yang pertama kali merupakan bentuk topeng dan bentuk-bentuk topeng
asli yang diperkirakan lahir sekitar abad ke III.
Pada perkembangannya ini sudah mulai ditokohkan dalam lakon begitu pula
cerita-ceritanya seperti Ramayana dan mahabarata atau cerita panji. Cerita
Ramayana berasal dari hindu sedangkan cerita panji berasal dari pengaruh
kebudayaan Islam. Kebudayaan hindu dan islam turut membentuk perkembangan
topeng, sehingga mencapai bentuk topeng klasik. Bentuk topeng-topeng
disempurnakan pada jaman pengaruh islam pada jaman Sunan Kalijaga kemudian
masuk pada kekuasaan raja-raja atau keraton tetapi dasar penciptaannya
didasarkan pada wayang purwo. Pada buku Art in Indonesia, tari topeng yang
pertama diciptakan oleh Sunan Kalijaga di mana perkembangan topeng mengikuti
bentuk-bentuk wayang gedog.
Perkembangan topeng sendiri terekspose dalam sebagian koleksi dari
Indonesian Heritage museum yang ada di Batu Malang. Di museum yang dulunya
bernama museum d’topeng Kingdom Museum ini, ribuan topeng dari berbagai macam
wilayah di nusantara menjadi koleksi museum ini.
Melihat pentingnya Topeng dari berbagai keperluan baik secara fisik,
maupun muatan, sudah seharusnyalah budaya topeng ini dilestarikan, bukan
menjadikan pemujaan melainkan sebagai bentuk upaya pelestarian.
Indonesia Heritage museum, telah cukup berkorban dengan memberikan
upaya edukasi bagi generasi muda yang membutuhkan. Sudah selayaknyalah kita
mengajak banyak orang untuk bisa berkunjung ke museum ini, apalagi museum ini
pun telah melengkapi pelayanan dengan story teller yang interaktif, tempat
selfie dengan augmented reality dan diorama 4 Dimensi yang diharapkan mampu
menarik minat anak muda Indonesia yeng berjiwa modern.
Comments
Post a Comment